Wednesday, November 23, 2011

7 Langkah Kesabaran


Alkisah, di sebuah rumah gubuk terpencil di sebuah pegunungan yang indah, tinggallah seorang kakek tua yang terkenal kerana kebijaksanaannya. Ramai orang dari pelbagai tempat datang kepadanya untuk meminta nasihat si kakek tua itu. Suatu hari, datanglah seorang lelaki yang telah tiga hari lamanya menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Sesampai di hadapan si kakek tua, lelaki itu memohon nasihat tentang bagaimana cara mengendalikan emosi atau amarah yang cepat terbakar dan tidak dapat dikawal.

Setelah sejenak memandang lelaki tersebut, sang kakek tua nan bijak itu pun berkata, "Anak muda, setiap kali engkau tersinggung, marah atau terpancing emosi, ingatlah tujuh langkah kesabaran. Iaitu melangkah mundur tujuh langkah, lalu maju lagi tujuh langkah, dan lakukan hal tersebut tujuh kali berturut-turut. Lakukan dengan langkah mantap sambil mengira. Setelah itu, barulah engkau ambil keputusan untuk bertindak."

Merasa mendapatkan nasihat bijak, dengan gembira lelaki itu pulang kembali ke desanya. Ia yakin sekali masalah emosi sulit dikawal yang dideritanya pasti boleh selesai. Tiga hari perjalanan kembali pulang harus dia tempuh. Hari telah larut ketika ia sampai di rumah. Pakaian yang lusuh, badan letih dan pegal-pegal, serta perut sangat lapar, ia masuk ke dalam kamar isterinya. Di dalam fikirannya terbayang makan malam dan air hangat untuk mandi yang biasa disediakan oleh isterinya. Sebaliknya lelaki itu mendapati isterinya sedang tertidur lelap di balik selimut dengan orang lain.

Demi melihat pemandangan seperti itu, penyakit lamanya terus datang; emosi membutakan akal sihatnya, "Kurang ajar! Baru ditinggal sebentar sudah berani memasukkan orang lain ke bilik...!" Kemarahan yang meluap, lelaki itu mencabut belati bermaksud menghabisi mereka berdua. Tetapi, spontan dia teringat dengan nasihat si kakek tua yang bijak dan langsung mempraktikkannya; sambil mengangkat tangan menghunus belati dan hembusan nafas kemarahan, hentakan kaki dan suara teriakan segera terdengar menyebabkan isterinya terbangun.

Ketika isterinya bangun dan menyingkap selimut, betapa terkejutnya sekaligus leganya lelaki itu kerana ternyata yang menemani isterinya tidur adalah ibunya sendiri. Detik itu juga rasa syukur terucap dari mulutnya yang bergetar. Ia telah berhasil mencegah satu tindakan emosional dan bodoh. Entah apa yang akan terjadi seandainya dia menuruti emosinya belaka, tidak menuruti nasihat si kakek bijak, mungkin dia telah membunuh orang-orang yang paling dicintainya, dan hidupnya akan dirundung penyesalan seumur hidup.
Pembaca yang budiman,
Kesabaran adalah mutiara kehidupan yang seharusnya kita miliki! Saat kita berjuang tetapi belum berhasil, kita memerlukankan kesabaran. Kesabaran dalam perjuangan boleh pula diertikan sebagai suatu keuletan, ketekunan, atau mental tahan banting.

Ketika menghadapi orang lain yang sedang emosi, kita perlu kesabaran. Lebih-lebih saat kita sendiri tersinggung, marah, dan emosi, kita pun perlu rem berupa kesabaran. Kesabaran dalam konteks tersebut bererti suatu kematangan mental untuk mampu menahan diri dan mengendalikan sikap-sikap kita supaya tidak terjerumus pada tindakan-tindakan irasional yang merugikan.
 
Kesabaran merupakan ilmu hidup yang harus kita miliki jika kita ingin meraih sukses sejati. Tanpa kesabaran, kita akan mudah terjebak dalam komunikasi negatif dan sulit menjalin hubungan sosial yang konstruktif. Tanpa kesabaran kita cenderung mudah melakukan tindakan-tindakan tak dapat dikawal yang mengundang penyesalan di kemudian hari. Sebaliknya, melatih kesabaran bererti memperkecil kemungkinan penyesalan.

No comments:

Post a Comment