Thursday, April 21, 2011

Komen Lukisan

Komen Lukisan
Alkisah, ada seorang pelukis terkenal. Hasil lukisannya banyak menghiasi dinding rumah orang-orang kaya. Si pelukis dikenal dengan kehalusan, ketelitian, keindahan, dan kemampuan memperhatikan detail objek yang digambarnya. Sebab itu, pesanan lukisannya tidak pernah berhenti dari para kolektor mahupun pecinta barang-barang seni.

Suatu hari, setelah menyelesaikan sebuah lukisan, si pelukis merasa sangat puas dengan hasil lukisannya. Menurut pandangannya, lukisan itu sempurna. Maka, dia lantas bermaksud mengadakan pameran lukisan agar orang-orang dapat menikmati, serta mengagumi keindahan dan kehebatannya.

Saat pameran, si pelukis meletakkan sebuah buku  dekat lukisan dengan sebuah tulisan: "Yang terhormat, para pencinta dan penggemar seni. Setelah melihat dan menikmati lukisan ini, silakan isi di buku ini komen Anda tentang kelemahan dan kekurangannya. Terima kasih atas waktu dan komen Anda."

Pengunjung pun silih berganti mengisi buku itu. Setelah beberapa hari, si pelukis pun membaca buku berisi komen pengunjung pameran dan dia merasa kecewa sekali dengan banyaknya catatan kelemahan yang diberikan. "Orang-orang ini memang tidak mengerti indahnya lukisan ini. Mereka suka-suka sahaja mengritik!" batin si pelukis.

Dalam hati, dia tetap yakin bahawa lukisannya itu sangat bagus. Maka, untuk itu dia ingin menguji sekali lagi komen orang lain, tetapi dengan cara yang berbeza. Untuk itu, ia membuat pameran sekali lagi, namun di tempat yang berbeza. Kali ini, ia juga menyertakan sebuah buku untuk diisi oleh pengunjung yang melihat lukisannya. Tetapi kali ini, penggemar lukisannya tidak dimintai komen kelemahan, namun untuk memberikan komen tentang kekuatan dan keindahan lukisan itu.

Setelah beberapa hari, si pelukis kembali membaca buku komen pengunjung. Kali ini, dia tersenyum senang setelah membacanya. Jika pengunjung yang terdahulu mengritik dan melihat kelemahannya, maka komen yang dia dapatkan kali ini berisi banyak pujian dan kekaguman atas lukisan yang dibuatnya. Bahkan, banyak dari hal-hal yang dikritik waktu itu, sekarang justeru dipuji.

Dari kedua pameran lukisan yang diadakannya, si pelukis mendapatkan sebuah pembelajaran bahawa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Apapun yang kita kerjakan, sehebat dan sesempurna apapun menurut kita, ternyata di mata orang lain, ada saja kelemahan dan kritikannya. Namun, pastilah ada juga yang memuji dan menyukainya. Jadi, tidak perlu marah dan berkecil hati terhadap komen orang lain. Asalkan kita mengerjakan semua pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan dilandasi niat baik, itulah persembahan terbaik bagi diri kita sendiri.

Pembaca yang budiman,

Memang, kehidupan di dunia ini tidak ada yang sempurna. Apa yang kita fikirkan, yang kita yakini, yang kita kerjakan, dan  yang kita hasilkan, pasti selalu ada sisi pro dan kontra. Maka, kalau kita berpegang dengan sesuatu yang kita miliki dan kita yakini, maka hal tersebut boleh jadi justeru mendatangkan masalah, konflik, atau bahkan rasa antipati. Tentu, jika itu yang terjadi, akan membuat kita tidak bahagia, namun, jika kita mampu menghargai setiap perbezaan sebagai hak asasi setiap insan, maka akan timbul keselarasan dan keharmonisan. Jika kita boleh menerapkan toleransi dan saling menghargai, maka ke mana pun kita pergi, dengan siapa pun kita bergaul, akan selalu ada tempat yang nyaman dan damai buat kita sehingga kebahagiaan selalu kita rasakan.

No comments:

Post a Comment