Saturday, April 23, 2011

Kumpulkanlah Kapas-Kapas Yang Tersebar


Kapas yang sedang berterbangan
Dikisahkan, ada seorang pedagang yang kaya-raya dan berpengaruh di kalangan masyarakat. Kegiatannya berdagang mengharuskan dia sering keluar kota. Suatu saat, kerana pergaulan yang salah, dia mulai berjudi dan bertaruh.

Mula-mula kecil-kecilan, tetapi kerana tidak dapat menahan nafsu untuk menang dan mengembalikan kekalahannya, si pedagang semakin gelap mata, dan akhirnya wang hasil jerih payahnya selama ini banyak terkuras di meja judi. Isteri dan anak-anaknya terlantar dan mereka jatuh miskin.

Orang luar tidak ada yang tahu tentang kebiasaannya berjudi, maka untuk menutupi hal tersebut, dia mulai menyebar fitnah, bahawa dia bangkrap kerana orang kepercayaan, sahabatnya mengkhianati dia dan menggelapkan banyak wangnya. Khabar itu semakin hari semakin menyebar, sehingga sahabat yang setia itu, jatuh sakit. Mereka sekeluarga sangat menderita, ditambah dengan pandangan curiga oleh masyarakat di sekitarnya dan disisikan dari pergaulan.

Si pedagang tidak pernah mengira, kesan perbuatannya demikian buruk. Dia bergegas datang menengok sekaligus memohon maaf kepada si sahabat "Sahabat. Aku mengaku salah! Tidak seharusnya aku menimpakan perbuatan burukku dengan menyebar fitnah kepadamu. Sungguh, aku menyesal dan minta maaf. Apakah ada yang boleh aku kerjakan untuk menebus kesalahan yang telah kuperbuat?"

Dengan keadaan yang semakin lemah, si sahabat berkata, "Ada dua permintaanku. Pertama, tolong ambilkan bantal dan bawalah ke atap rumah. Sesampainya di sana, ambillah kapas dari dalam bantal dan sebarkan keluar sedikit demi sedikit ". Walaupun tidak mengerti apa erti permintaan yang aneh itu, demi menebus dosa, segera dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kapas habis di sebar, dia kembali menemui laki-laki yang sekarat itu. "Permintaanmu telah aku lakukan, apa permintaanmu yang kedua?" "Sekarang, kumpulkan kapas-kapas yang telah kau sebarkan tadi", kata si sahabat dengan suara yang semakin lemah.

Si pedagang terdiam sejenak dan menjawab dengan sedih, "Maaf sahabat, aku tidak sanggup mengabulkan permintaanmu ini. Kapas-kapas telah menyebar ke mana-mana, tidak mungkin boleh dikumpulkan lagi". "Begitu juga dengan berita bohong yang telah kau sebarkan, berita itu takkan berakhir hanya dengan permintaan maaf dan penyesalanmu saja" kata si sakit.

"Aku tahu engkau sungguh sahabat sejatiku. Walaupun aku telah berbuat salah yang begitu besar tetapi engkau tetap mahu memberi pelajaran yang sangat berharga bagi diriku. Aku bersumpah, akan berusaha semampuku untuk memperbaiki sikap jahat yang telah kuperbuat, sekali lagi maafkan aku dan terima kasih sahabat". Dengan suara terbata-bata dan berlinang air mata, dipeluklah sahabatnya.

Netter yg luar biasa,
Seperti kata pepatah mengatakan, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Pembohongan tidak berakhir dengan penyesalan dan permintaan maaf. Seringkali sulit bagi kita untuk menerima kesalahan yang telah kita perbuat. Bila mungkin, orang lainlah yang menanggung akibat kesalahan kita.  Kalau memang itu yang akan terjadi, lalu untuk apa melakukan fitnah yang hanya membuat orang lain menderita. Tentu jauh lebih nikmat boleh melakukan sesuatu yang membuat orang lain berbahagia.

No comments:

Post a Comment