Sunday, November 28, 2010

Bunga Mawar Di Hati Kita

Lihatlah Betapa Cantiknya Bunga Mawar Ini
Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Bibit dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya bibit mawar itu setiap hari dengan tekun dan dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera dibersihkan agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya kelihatan mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil.

Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia kelihatan hairan, sebab tumbuh pula
duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia berasa menyesal mengapa
duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.

Pemuda kelihatan resah dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyukarkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kubersihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bahagian dari kulitku yang terluka. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”

Lama kelamaan, pemuda ini kelihatan enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.

Sahabat, kisah tadi memang sudah selesai. Tapi, ada ada satu mesej yang boleh kita raih di dalamnya. Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang tertanam. Tuhanlah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang, ada sebahagian dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Merasakan hanya kelemahan yang ada pada dirinya. Merasa hanya menjadi beban bagi orang lain. Banyak dari sahabat kita yang hanya melihat sisi negatif, sehingga dalam menjalani kehidupan ini dipenuhi dengan sikap pesimis seolah-olah menolak kemampuan mereka sendiri. Sahabat kita itu sering keciwa dengan dirinya dan tidak mahu menerimanya. Mereka berfikir bahawa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh darinya sehingga menolak untuk “menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah ada dan tidak pernah memahami potensi yang dimilikinya. Mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Ramai orang yang tak menyedari, adanya mawar itu.

Sahabat, jika kita boleh menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk
membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah ketika kita berhasil untuk menunjukkan pada mereka akan keberadaan mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.

Semerbak harum mawar pada hati mereka akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu  dalam jiwa-jiwa kita, dan kembali kita bahagikan pada mereka yang merasa tersisih dan tersingkir. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih. Kebahagiaan kita adalah ketika kita menemukan mereka, jiwa-jiwa yang tersisih, jiwa-jiwa yang pesimis, tersenyum bahagia, seolah-olah menemukan udara disaat mereka akan kehabisan oksigen.
Selamat berkebun!

No comments:

Post a Comment