Sunday, November 28, 2010

Nilai Sebuah Kehidupan


Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia boleh melewati sehariannya dengan baik. Pada suatu ketika, si pemuda merasa jemu dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu bila akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki erti nilai kehidupan. "Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati.

Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon. Ketika pemuda itu menuju  ke pohon tersebut, tiba-tiba pokok menegur lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Pada hal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Pemuda rasa tidak puas hati lalu pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Ketika bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mahu bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeza, "Anak muda, karena rendangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan haiwan untuk sekadar beristirehat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berfikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rendang untuk boleh melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".

Segera timbul kesedaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sihat. Tidak selayaknya aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk boleh pula bermanfaat bagi makhluk lain". Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

Sahabat,
Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini dengan rasa terbeban dan ketika tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas iaitu bunuh diri. Sebaliknya, kalau kita mampu menyedari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimis, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara fikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!

No comments:

Post a Comment