Thursday, December 9, 2010

Kosongkan Cawanmu


Kosongkan Cawanmu
Sebuah kerajaan, karena kesibukan seorang raja memerintah, permaisurilah yang menemani dan sangat memanjakan Sang Pangeran (anak kesayangannya). Anaknya membesar menjadi pemuda yang sombong, ego, kurang bersopan santun, dan malas belajar. Raja sangat sedih memikirkan sikap pangeran muda. Bagaimana nasib negeri ini nanti?

Setelah berbincang dengan permaisuri, raja pun bertitah:"Anakku, tahkta kerajaan akan ayah serahkan kepadamu, tetapi dengan syarat engkau harus tinggal dan belajar selama 1 tahun di atas bukit bersama seorang guru yang telah ayah pilih. Bila engkau gagal, maka tahkta kerajaan akan ayah serahkan kepada orang lain." Anaknya serta merta menerima persyaratan itu. Dalam hati ia berkata, "Apalah ertinya penderitaan 1 tahun dibandingkan nanti sebagai raja, aku boleh hidup mewah dan bersenang-senang seumur hidupku!"

Setibanya di kediaman guru, tingkah laku Pangeran ini tetap sombong, dan tidak sopan. Dia merasa sebagai anak raja, semua orang harus menuruti kemahuannya. Setiap kali gurunya bertanya, pangeran menjawab semahunya. Setiap kali gurunya menerangkan pelajaran, anak raja itu tidak mendengarkan dan merasa sudah tahu semua.

Tidak terasa hari pun berganti minggu. Guru berfikir cara untuk memberi pelajaran kepada Pangeran yang sombong itu. Suatu hari, guru menyeduh teh dan menuangkan ke cawan pangeran itu. Air teh dituang terus menerus hingga tumpah sehingga mengenai tangan Si Pangeran. Pangeran berteriak marah, "Hai, bodoh sekali! Menuang teh pun bodoh! Cawan sudah penuh mengapa masih dituang lagi? Air mendidih, lagi!"

Guru hanya tersenyum dan berkata, "Beruntung hanya tanganmu sahaja yang terkena tempias teh panas. Sebagai seorang anak raja, bakal mewarisi takhta kerajaan dan teladan bagi rakyatnya, tidak seharusnya berkata tidak sopan seperti itu, lebih-lebih kepada gurunya sehingga sepatutnya mulut Pangeranlah yang harus dituang teh panas ini” kata guru dengan nada yang agak kuat.

Guru sengaja menuang terus cawan yang telah terisi penuh kerana ingin mengajarkan kepada Pangeran itu bahawa cawan teh diumpamakan sama seperti otak manusia. Bila  telah terisi penuh maka tidak mungkin diisi lagi. Sebab itu, kosongkan dulu cawanmu, kosongkan fikiranmu, agar boleh diisi hal-hal baru yang positif. Hanya bekal ini yang ingin guru sampaikan. Bila pangeran tidak berkenan, silakan pergi dari sini."

Mendengar perkataan gurunya yang tegas, Pangeran seketika tertunduk malu. Peristiwa itu menyedarkan Pangeran untuk mengubah sikapnya dan menerima pelajaran dari gurunya. Tentu sahaja perubahan sikap Pangeran ini membuat raja sangat bergembira.

Sahabat yang berbahagia,
Disebabkan status, pendidikan, atau kedudukan, seringkali seseorang merasa lebih tahu, lebih mengerti, dan lebih pintar dari orang lain. Sikap seperti ini membuat fikiran tertutup (atau mental block), sulit menerima hal-hal baru yang diberikan oleh orang lain. Sikap seperti ini jelas merugikan dirinya sendiri. Jika kita boleh bersikap open mind/membuka fikiran dalam menerima hal-hal baru dan mahu menerima kritikan yang diberikan oleh orang lain, maka kita akan dapat memetik banyak hasilnya; seperti bertambahnya wawasan, idea, pengetahuan, pengertian, wisdom, dan sebagainya. Pasti semua itu boleh kita manfaatkan untuk mengembangkan dan menciptakan kejayaan.

No comments:

Post a Comment