Sunday, December 5, 2010

Setiap Kemenangan Perlu Kesabaran

Kemenangan Perlukan Kesabaran
Suatu petang, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca surat khabar “Ayah, ayah” kata sang anaknya“Ada apa?” tanya ayahnya.“penat, sangat penat… aku penat karena aku belajar bersungguh-sungguh untuk mendapat nilai baik sedang sahabatku boleh dapat nilai baik tanpa belajar bersungguh-sungguh. Aku belajar sambil lewa sahaja,  aku penat  sangat penat …penat karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang sahabatku mempunyai pembantu, aku ingin kita ada pembantu! Aku b penat, sangat penat. aku penat karena aku harus menabung, sedang sahabatku boleh terus enjoy tanpa harus menabung…aku ingin enjoy terus! …

aku penat, sangat penat karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti,  sedang sahabatku suka hati sahaja bercakap sampai aku sakit hati…aku penat, sangat penat karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati sahabat-sahabatku, sedang sahabat-sahabatku  seskuka hati saja bersikap kepada ku…Aku penat ayah, aku penat menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” anak si ayah mulai menangis…

Kemudian ayahnya hanya tersenyum dan membelai kepala anaknya sambil berkata ” anakku mari ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu ayanya menarik tangan anaknya  kemudian mereka berjalan sebuah jalan yang sangat buruk, banyak duri, serangga, lumpur, dan lalang… lalu anaknya pun mulai mengeluh ” ayah mahu ke mana kita? Aku tidak suka jalan ini, lihat kasutku jadi kotor, kakiku luka karena terkena duri. Badanku dikelilingi oleh serangga, berjalan pun susah kerana ada banyak lalang… aku benci jalan ini ayah” … ayahnya hanya diam.

Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak rama-rama, bunga-bunga yang cantik, dan pokok-pokok yang rendang… “Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” ayahnya hanya diam dan kemudian duduk di bawah pokok yang rendang beralaskan rerumput hijau.“Kemarilah anak  duduk di samping ayah” ujar ayahnya, lalu anak itu pun ikut duduk di samping ayahnya. “Anakku, tahukah kamu mengapa di sini begitu sepi? Pada hal tempat ini begitu indah…?” “Tidak tahu ayah, sememangnya kenapa?” “Itu karena orang orang tidak mahu menyusuri jalan yang buruk tadi, pada hal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak boleh bersabar dalam menyusuri jalan itu” “Ooh… bererti kita orang yang sabar ya ayah? syukur” “Nah, akhirnya kamu mengerti”  “Mengerti apa? aku tidak mengerti” “Anakku, perlu kesabaran dalam belajar, perlu kesabaran dalam bersikap baik, perlu kesabaran dalam kejujuran,perlu kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kamu harus sabar ketika ada duri melukai kakimu, kamu harus sabar ketika lumpur mengotori kasutmu, kamu harus sabar mengharungi lalang dan kamu pun harus sabar ketika dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayarkan? ada telaga yang sangatt indah.

Seandainya kamu tidak sabar, apa yang kamu dapat? kamu tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku” “Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ” “Ayah tahu, oleh karena itu ayah ada untuk menggenggam tanganmu agar kamu tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agarketika kamu jatuh, kami boleh mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya boleh mengangkatmu ketika kamu jatuh, suatu saat nanti, kamu mesti berdiri sendiri… maka kamu jangan gantungkan hidupmu kepada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda yang jujur, berintegriti dan semangat yang kuat, harus tetap tabah dan senentiasa bersyukur kepada Tuhan. Maka kamu akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan ketika yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kamu tahu akhirnya kan?”
“Ya ayah, aku tahu, aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti … terima kasih ayah, aku akan kuat ketika yang lain memutuskan untuk berhenti berjuang” Ayahnya hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya. Bagaimana dengan anda, adakah anda terus berjuang untuk kehidupan seterusnya?

No comments:

Post a Comment