Wednesday, December 8, 2010

Sungai Dan Empang


Sungai Dan Empangan
Alkisah, di antara rimbunan pokok di tepian hutan, kelihatan sebuah empang yang berair tenang, tanpa kegiatan apa pun di situ, dengan santai si empang mengajak sungai di sisinya berbual, "Hai sungai, kuperhatikan setiap hari kamu tidak henti-hentinya mengalir. Apakah engkau tidak merasa penat dan bosan? Sering kali aku melihatmu menarik kapal yang berat, kadang mendorong perahu yang sedang berlayar atau mengangkut perahu bambu para nelayan yang tidak terkira jumlahnya. Kehidupan yang memenatkan dan membosankan seperti itu sampai bila baru berhenti? Terus terang saja, kalau aku harus melakukan semua itu, aku pasti kepenatan dan bosan sampai mati.

Dibandingkan dengan dirimu, alangkah beruntungnya nasibku ini. Memang aku tidak huru hara seperti dirimu dan tidak tercetak di gambar peta. Tidak ada orang yang menyanjungku dan membuat lagu untukku. Tapi untukku semua itu tidak ada ertinya. Lihatlah, aku selalu berbaring di atas tanah lembab yang empuk, layaknya seorang puteri sedang tidur di atas tilam bulu angsa. Aku boleh menikmati kedamaian dan keindahan alam setiap waktu, tidak perlu terganggu oleh kapal dan perahu yang berat, kotor, dan berisik itu.

Memang kadang kala ada sedikit musibah mengganggu ketenanganku, itupun hanya karena sehelai daun yang terjatuh di permukaan airku. Bahkan tiupan angin dari empat arah pun tidak pernah mengganggu kedamaian hidupku. Alangkah nikmatnya hidup ini dan aku tidak mahu menukar dengan apapun untuk beralih menjadi seperti dirimu."

Mendengar perkataan panjang dari si empang, dengan sabar si sungai menjawab, "Sahabat empang, namaku adalah sungai, oleh karena aku wajib meninggalkan kehidupan yang santai, aku harus mengikuti hukum alam, setiap hari mengalir tidak berhenti. Oleh itu, dengan bantuan angin dan tanah, arus airku ini melayani berbagai-bagai keperluan manusia. Aku memberikan seluruh tenagaku kepada alam. Dari situlah aku mendapat penghormatan dan sanjungan. Seumur hidupku aku akan mengalir dan terus mengalir dan aku pasti akan selalu diingat manusia sepanjang masa. Dan waktu itu, kamu entah di mana, orang-orang pun pasti akan melupakanmu! Benar seperti yang dikatakan si sungai, dia terus mengalir sepanjang masa dan si empang semakin lama makin mengering dan akhirnya dilupakan orang.

Sahabat yang luar biasa,
Dalam cerita di atas, empang berkias sebagai insan yang puas hanya berdiam diri dengan keberadaannya tanpa berbuat apa-apa. Sombong dan hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Sedangkan sungai menunjukkan peribadi yang tahu menghargai jati diri, siap melayani, dan membantu orang lain sehingga dapat menikmati kehidupannya dengan selalu bersahaja dan berbahagia.
Insan yang manakah kita?

No comments:

Post a Comment