Wednesday, December 1, 2010

Lepaskanlah Kasutmu


Lepaskan Kasutmu
Seorang bapa tua pada suatu hari telah pergi ke bandar menaiki bas. Ketika menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu kasutnya terlepas dan jatuh ke jalan. Sayang, pintu tertutup dan bas segera bergerak. Bas ini hanya akan berhenti di halte berikutnya yang jaraknya cukup jauh sehingga ia tidak dapat mengambil kasutnya yang terlepas tadi.

Melihat situasi itu, orang tua itu dengan tenang melepas kasutnya yang sebelah dan melemparkannya ke luar jendela. Seorang pemuda yang duduk dalam bas tercengang, dan bertanya pada orang tua itu, ”Mengapa pakcik melemparkan kasut pakcik yang sebelah juga?” Orang tua itu menjawab dengan tenang, ”Supaya siapa pun yang
menemukan kasutku boleh memanfaatkannya.”

Orang tua dalam cerita di atas adalah contoh orang yang bebas dan merdeka. Ia telah berhasil melepaskan keterikatannya pada benda. Ia berbeza dengan kebanyakan orang yang mempertahankan sesuatu semata-mata karena ingin memilikinya, atau karena tidak ingin orang lain memilikinya.

Sikap mempertahankan sesuatu termasuk mempertahankan apa yang sudah tidak bermanfaat lagi adalah akar dari ketamakan. Penyebab tamak adalah cinta yang berlebihan pada harta benda. Kecintaan ini melahirkan keterikatan.

Kalau Anda sudah terikat dengan sesuatu, Anda akan mengidentifikasikan diri Anda dengan sesuatu itu. Anda bahkan dapat menyamakan kebahagiaan Anda dengan memiliki benda tersebut. Kalau demikian, Anda pasti sukar memberikan apapun yang Anda miliki karena hal itu boleh menyebabkan Anda kehilangan sebahagian kebahagiaan Anda.

Kalau kita fikirkan lebih dalam lagi ketamakan, sebenarnya ia berasal dari fikiran dan paradigma kita yang salah terhadap harta benda. Kita sering menganggap harta kita sebagai milik kita. Fikiran ini salah. Harta kita bukanlah milik kita. Ia hanyalah simpanan dan amanah yang suatu ketika harus dipertanggungjawabkan. Tanggungjawab  kita adalah sejauh mana kita boleh menjaga dan memanfaatkannya.

Peranan kita dalam hidup ini hanyalah menjadi media dan perantara. Semuanya adalah milik Tuhan dan suatu ketika akan kembali kepadaNya.Tuhan telah mempercayakan banyak hal kepada kita: harta benda, kekayaan, pasangan hidup, anak-anak, dan sebagainya. Tugas kita adalah menjaga amanah ini dengan baik, termasuk meneruskan pada siapa sahaja yang memerlukannya.

Paradigma yang terakhir ini akan membuat kita melihat cara pandang masalah secara berbeza. Kalau biasanya Anda merasa terganggu ada orang yang memerlukan bantuan, sekarang Anda justeru merasa bersyukur.

Kenapa? Karena Anda melihat hal itu sebagai kesempatan untuk menjadi “perpanjangan tangan” Tuhan. Anda tidak merasa terganggu karena tahu bahawa tugas Anda hanyalah meneruskan “simpanan” Tuhan untuk membantu orang yang sedang kesusahan. Cara berfikir seperti ini akan melahirkan hidup yang penuh anugerah bagi kita dan lingkungan sekitar. Hidup seperti ini adalah hidup yang senentiasa bertambah dan tidak pernah berkurang. Semua orang akan merasa menang, tidak ada yang akan kalah. Alam semesta sebenarnya bekerja dengan konsep ini, semua unsur-unsurnya bersinergi, menghasilkan kemenangan bagi semua pihak.

Sebagai penutup, izinkan saya menuliskan seuntai puisi dari seorang bijak:
“Engkau tidak pernah memiliki sesuatu. Engkau hanya memegangnya sebentar, Kalau engkau tidak dapat melepaskannya, engkau akan terbelenggu olehnya. Apa sahaja hartamu, harta itu harus kau pegang dengan tanganmu seperti engkau menggenggam air. Genggamlah erat-erat dan harta itu lepas. Akuilah itu sebagai milikmu dan engkau mencemarkannya. Lepaskanlah, dan semua itu menjadi milikmu selama-lamanya”.

No comments:

Post a Comment